Persebaya Ditolak Masuk ASEAN Club Championship, AFF Kehilangan Potensi 14 Ribu Bonek di Stadion GBT
DIBERITAKAN OLEH SUSTERSLOT - Persebaya Surabaya batal tampil di ASEAN Club Championship 2025/26, padahal memiliki rataan penonton impresif se-Asia Tenggara.
Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) harus kehilangan potensi besar Persebaya Surabaya.
AFF resmi menolak pendaftaran dua klub Liga 1 Indonesia, Persebaya dan Malut United, dalam kompetisi ASEAN Club Championship 2025/26.
Pihak PT LIB sedari awal bakal mendaftaran peringkat tiga dan empat Liga 1 untuk mengikuti kompetisi regional tersebut.
Meski begitu, pihak AFF dengan tegas menyatakan hanya menerima dua klub terbaik dari masing-masing negara.
Dalam konteks Liga 1 Indonesia, dua klub yang akan diterima AFF adalah juara dan runner-up, Persib Bandung dan Dewa United.
"Kami sangat menghargai dukungan dan kemitraan PSSI dalam pengembangan sepak bola di kawasan," tulis Winston Lee, Sekjen AFF, dalam surat kepada PT LIB.
"Setelah pertimbangan matang, kami menyesal tidak dapat menerima nominasi Persebaya Surabaya dan Malut United."
"Tim peringkat ketiga dan keempat Liga 1, untuk edisi ACC musim ini," terang AFF.
Sikap PT LIB yang memaksakan pendiriannya membuat Indonesia kehilangan dua slot berharga di kompetisi akbar Asia Tenggara. Begitu pula, sikap AFF menegakkan regulasinya membuat mereka kehilangan pasar terbesar dalam sepak bola kawasan ini. Sebagai pengingat, Persebaya merupakan salah satu klub dengan rataan penonton terbanyak, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga ASEAN. Musim lalu, Bajul Ijo melakoni 17 pertandingan kandang Liga 1 dengan rata-rata penonton mencapai 14.729. Angka besar yang dihadirkan Bonek tersebut membuat Persebaya berada di peringkat empat dalam klasemen rata-rata penonton se-Asia Tenggara. Di Indonesia, Persebaya hanya kalah dari Persija dan Persib, yang menghuni peringkat dua dan tiga. Hanya ada satu klub Asia Tenggara yang lebih baik dibanding Persebaya, yaitu Buriram United, dengan 18.363 rata-rata penonton. Adapun Malut United yang berstatus klub promosi mampu menghadirkan rata-rata 5.061 penonton. "Persebaya tetap akan fokus pada diri sendiri. Tidak akan terganggu oleh segala hiruk pikuk dan kegaduhan." "ACC tidak akan bisa merasakan betapa dahsyatnya fan equity dan away equity dari Persebaya dan pendukungnya," demikian rilis klub. "Bahwa Bonek sekarang punya ECONOMIC POWER yang bisa membantu eksposure dan pendapatan lawan-lawannya bahkan di luar negeri." Sepak bola Indonesia rugi, sepak bola Asia Tenggara juga rugi.
Sikap PT LIB yang memaksakan pendiriannya membuat Indonesia kehilangan dua slot berharga di kompetisi akbar Asia Tenggara. Begitu pula, sikap AFF menegakkan regulasinya membuat mereka kehilangan pasar terbesar dalam sepak bola kawasan ini. Sebagai pengingat, Persebaya merupakan salah satu klub dengan rataan penonton terbanyak, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga ASEAN. Musim lalu, Bajul Ijo melakoni 17 pertandingan kandang Liga 1 dengan rata-rata penonton mencapai 14.729. Angka besar yang dihadirkan Bonek tersebut membuat Persebaya berada di peringkat empat dalam klasemen rata-rata penonton se-Asia Tenggara. Di Indonesia, Persebaya hanya kalah dari Persija dan Persib, yang menghuni peringkat dua dan tiga. Hanya ada satu klub Asia Tenggara yang lebih baik dibanding Persebaya, yaitu Buriram United, dengan 18.363 rata-rata penonton. Adapun Malut United yang berstatus klub promosi mampu menghadirkan rata-rata 5.061 penonton. "Persebaya tetap akan fokus pada diri sendiri. Tidak akan terganggu oleh segala hiruk pikuk dan kegaduhan." "ACC tidak akan bisa merasakan betapa dahsyatnya fan equity dan away equity dari Persebaya dan pendukungnya," demikian rilis klub. "Bahwa Bonek sekarang punya ECONOMIC POWER yang bisa membantu eksposure dan pendapatan lawan-lawannya bahkan di luar negeri." Sepak bola Indonesia rugi, sepak bola Asia Tenggara juga rugi.
0 Komentar