Francesco Bagnaia Tetap Jadikan Marc Marquez sebagai Panutan Terutama pada Tahun Ketika Mustahil untuk Mengalahkannya

DIBERITAKAN OLEH SUSTERSLOT - Ayah Francesco Bagnaia, Pietro Bagnaia, menceritakan perjalanan karier putranya dari masa kanak-kanak hingga mencapai puncak dunia bersama sepeda motor Salam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh BENZINE Cosimo Curatola. Dia berbicara tentang peran keluarga, pengorbanan yang dilakukan, momen-momen sulit, dan nilai-nilai yang selalu membimbing Pecco di dalam dan luar lintasan. "Dia selalu bertanggung jawab. Bahkan sebagai seorang anak, dia tidak pernah membuat kenakalan dan selalu menghormati orang dewasa," kata Pietro dilansir BolaSport.com dari MotoSan. "Dia tidak banyak bicara kepada saya. Dia lebih pendiam dengan saya, tetapi dia lebih banyak berbicara dengan ibunya. Dia cukup pendiam. Dan sejak usia tiga tahun, dia sangat jelas ingin balapan motor." Pietro semula tidak menyetujui pilihan Pecco dalam balap motor. "Saya tidak setuju. Awalnya, saya menolak. Saya katakan kepadanya bahwa itu bukan sesuatu yang bisa Anda lakukan," ujar Pietro. "Namun, dia bersikeras, benar-benar bersikeras. Lalu ibunya, melihat betapa bertekadnya dia, menyuruh saya untuk setidaknya membiarkannya mencobanya." "Jadi suatu hari kami pergi ke lintasan di Cuneo, dan dia mencoba sepeda motor mini. Dia sangat senang, sangat bersemangat. Di situlah semuanya berawal. Dia berusia empat tahun. Dia sangat kecil, tetapi dia memiliki kendali yang mengagumkan." "Saya sangat terkejut. Dia sangat kecil, tetapi dia memiliki kendali yang mengagumkan. Dia tidak takut, dia tampak memiliki bakat alami. Saat itu, saya menyadari bahwa mungkin itu patut dicoba." Demi keinginan Pecco dalam balap motor, banyak pengorbanan yang dilakukan Pietro. "Dengan banyak pengorbanan. Secara finansial, itu tidak mudah. Kami harus memutuskan apa yang harus dibelanjakan, apa yang harus dikorbankan," ujar Pietro. "Namun, ia tidak pernah mengeluh. Begitu pula dengan saudara perempuannya. Ada banyak perjalanan, banyak waktu jauh dari rumah. Namun, kami melakukannya sebagai keluarga, selalu bersama. Pecco tidak pernah merasa sendirian." "Peran istri saya sangat penting. Ia selalu menjadi pilar. Ia menemani Pecco ke mana-mana, ia selalu bersamanya di tahun-tahun awal. Saya harus bekerja, jadi saya tidak bisa berada di sana sesering itu. Namun, ia bisa. Dan bahkan hingga hari ini, ia tetap menjadi penyelamatnya." Meski begitu, ada masa-masa sulit yang juga harus dilalui.

"Ya, tentu saja. Ketika tidak ada hasil, atau ketika keadaan sedang sulit secara finansial. Namun, ia tidak pernah ingin menyerah. Ia selalu memiliki percikan semangat, motivasi itu. Saya biasa berkata, 'Jika ia tidak menyerah, kami juga tidak akan menyerah," tutur Pietro. "Saat pertama kali menjadi juara dunia Moto2, itu adalah emosi yang tak terlukiskan. Kami telah berjuang keras. Itu adalah hadiah atas kerja keras, keyakinan, dan kepercayaan selama bertahun-tahun kepadanya" "Ketika gelar MotoGP datang, itu bahkan lebih luar biasa. Sesuatu yang bahkan tidak dapat kami impikan." Menurut Pietro, hal yang membuat Pecco sederhana adalah pikirannya. "Dia sangat rasional, dia tahu bagaimana menunggu, dia tidak pernah putus asa. Dia mempelajari balapan, dia banyak berpikir. Dia tidak impulsif dan dia juga memiliki etos kerja yang sangat kuat. Dia tidak pernah menyerah, dia selalu ingin berkembang," ucap Pietro Peran Marc Marquez dalam proses tersebut bagi Pecco adalah dia sosok yang menjadi panutan. "Marc selalu menjadi panutan bagi Pecco, terutama di tahun-tahun ketika mustahil untuk mengalahkannya. Dia melihatnya sebagai panutan, seseorang yang melampaui batas.," ujar Pietro. "Bagi anak saya, Marquez bukan hanya saingan. Dia adalah cermin yang dapat dia lihat. Motivasi itu adalah kunci evolusi Pecco dan mencapai posisinya saat ini." "Terkadang musuh terbaik juga merupakan guru terbaik dan saya pikir itulah yang terjadi pada mereka." Di luar arena balap pembalap 28 tahun itu adalah sosok yang tenang. "Dia pria yang sederhana dan sangat pendiam. Dia tidak suka banyak bicara tentang dirinya sendiri. Dia bukan orang yang suka berpidato besar. Dia punya beberapa teman, tetapi mereka sangat baik," ujar Pietro. "Dan dia sangat berorientasi pada keluarga. Dia selalu pulang kapan pun dia bisa." "Nilai-nilai yang coba kami tanamkan padanya adalah rasa hormat, kerendahan hati, dan tanggung jawab." "Kami mengajarinya bahwa tidak ada yang datang secara alami, bahwa Anda harus bekerja keras. Dan tidak peduli seberapa tinggi Anda melangkah, Anda harus selalu membumi." "Kami tidak tidur malam sebelumnya, juga tidak berbicara selama balapan jika Pecco hendak balapan." "Kami menontonnya dengan tegang, dalam diam. Dan baru setelah semuanya berakhir, kita bisa bernapas lega. Selalu seperti ini."




0 Komentar

Susterslot